Layanan Donatur & Mustahik

Mengapa Anak-Anak Sumba Sulit Sekolah?

Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur selama bertahun-tahun identik dengan keindahan alamnya, namun di balik itu terdapat kenyataan yang jauh dari kata ideal. Bagi banyak anak di Sumba, masa kecil mereka diwarnai dengan perjuangan untuk mendapatkan hal yang seharusnya paling dasar: pendidikan yang layak dan akses air bersih.

Pendidikan yang Masih Sulit Dijangkau

Masalah pendidikan menjadi persoalan besar di Sumba. Data Ombudsman RI menunjukkan bahwa NTT memiliki lebih dari 145 ribu anak yang tidak bersekolah, dan Sumba Barat Daya menjadi salah satu penyumbang tertinggi. Banyak keluarga menghadapi kendala biaya, jarak tempuh ke sekolah, hingga anggapan bahwa pendidikan dasar saja sudah cukup. Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya tenaga pendidik yang berkualitas. Di wilayah Sumba Barat, sebagian besar guru PAUD masih belum memenuhi kualifikasi pendidikan standar. Rendahnya kompetensi guru berdampak langsung pada kemampuan literasi dan numerasi anak.

Selain itu, infrastruktur pendidikan di desa-desa terpencil tidak selalu mendukung. Anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah harus menempuh jarak jauh tanpa transportasi memadai. Tidak sedikit remaja yang akhirnya putus sekolah karena perjalanan yang melelahkan dan biaya yang tidak sanggup ditanggung keluarga.

Namun berbagai inisiatif mulai hadir. Save the Children misalnya, membangun Rumah Belajar Sumba sebagai pusat pembelajaran bagi guru dan anak. Di tempat ini, guru PAUD dan SD bisa mendapatkan pelatihan, akses materi ajar, hingga perangkat teknologi yang dapat membantu proses belajar di daerah terpencil. Kehadiran ruang belajar seperti ini menjadi angin segar di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan yang selama ini menjadi kendala utama.hmy

Air Bersih Menjadi Kebutuhan Dasar yang Masih Diupayakan

Jika akses pendidikan sulit, akses air bersih justru menjadi tantangan yang jauh lebih berat. Banyak desa di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya mengalami krisis air bersih selama bertahun-tahun. Sebelum ada intervensi program, warga—termasuk anak-anak—harus berjalan hingga belasan kilometer untuk mengambil air. Di beberapa desa, mereka bahkan harus turun ke gua sedalam hampir 20 meter hanya untuk mendapatkan air yang tidak selalu aman.

Situasi ini membuat anak-anak kerap terlambat atau absen sekolah. Waktu dan tenaga mereka habis untuk memenuhi kebutuhan air keluarga. Padahal, air merupakan kebutuhan dasar tidak hanya untuk kehidupan, tetapi juga untuk menjaga kesehatan. Tanpa air bersih, risiko penyakit seperti diare dan infeksi semakin tinggi, dan ini berdampak pada tingkat kehadiran di sekolah.

Beberapa tahun terakhir, perubahan mulai terjadi. Organisasi seperti Wahana Visi Indonesia dan Save the Children membangun sarana air bersih berupa sumur bor, penampungan air hujan, dan instalasi pompa berbasis tenaga surya. Kini, di sejumlah desa, anak-anak bisa mandi pagi dengan layak, makan tepat waktu, dan berangkat sekolah tanpa harus menimba air terlebih dahulu. Dampaknya terasa nyata: anak lebih fokus belajar, ibu bisa menyiapkan sarapan lebih cepat, kesehatan meningkat, dan rutinitas belajar menjadi lebih teratur.

Dua Masalah Besar yang Saling Terhubung

Pendidikan dan air bersih bukanlah dua isu yang berdiri sendiri. Ketiadaan air bersih menghambat akses pendidikan, dan rendahnya pendidikan membuat masyarakat sulit keluar dari lingkaran kemiskinan yang memperpanjang krisis air. Intervensi yang dilakukan berbagai lembaga membuktikan bahwa jika dua sektor ini disentuh secara bersamaan, efeknya jauh lebih besar.

Dengan guru yang lebih berkualitas, akses pendidikan yang lebih dekat, serta air bersih yang tersedia di sekitar rumah dan sekolah, anak-anak Sumba dapat tumbuh dan belajar tanpa harus mengorbankan kebutuhan dasar mereka. Upaya kolaboratif antara lembaga bantuan, pemerintah daerah, dan komunitas lokal adalah model yang perlu terus dikembangkan.

Harapan untuk Masa Depan

Meskipun banyak tantangan, harapan tetap ada. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pihak yang terlibat dalam penyediaan sarana air bersih dan penguatan pendidikan di Sumba. Setiap sumur yang dibangun, setiap pelatihan guru yang diberikan, dan setiap ruang belajar yang dibuka adalah bagian dari perubahan besar yang perlahan terjadi.

Anak-anak Sumba berhak atas masa depan yang setara: lingkungan belajar yang aman, guru yang berkualitas, air bersih yang mudah diakses, serta kesempatan untuk tumbuh seperti anak-anak Indonesia lainnya. Perjalanan masih panjang, tetapi langkah-langkah kecil yang dilakukan hari ini dapat menjadi pondasi perubahan yang lebih besar untuk generasi mendatang.

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jadi #TemanBerbagiKebaikan

Bantu Ratusan Anak Indonesia Mendapatkan Pendidikan Layak

Campaign Terkini