Oleh: Hamidah Rosichah – Filantropis, praktisi Sustainibility fashion, Peserta SDGs-Academy Batch 5 2023.
Statista merilis data survei mengenai persentasi produk yang paling banyak dibeli oleh orang Indonesia pada Juni 2020 hasilnya sebesar 76 % orang Indonesia lebih banyak membeli pakaian, ada dua alasan utama mengapa orang menghabiskan lebih banyak uang daripada yang seharusnya, mereka ingin merasa lebih baik dengan mendekati kesenangan atau menjauh dari rasa sakit. Dengan membeli baju baru atau bahkan sesuatu yang lebih mahal, seperti ponsel baru banyak orang yang merasa akan terhibur dan teralihkan dari masalah nyata yang mungkin harus dihadapi , masalah nyata tersebut adalah konsumsi yang berlebihan dan tidak bisa mendaur ulang (Recycle) yaitu bekas/sampah saat sudah tidak terpakai lagi. Jika kita masih belum bisa mengolah dengan baik maka salah satu cara paling mudah adalah dengan menyumbangkan baju tersebut (Donasi).
Dok.clothesforcharity (kegiatan Bazar murah)
Namun, sejalan dengan niat baik awal, donasi baju seharusnya tidak teronggok sia-sia dan malah menambah volume limbah tekstil (menyumbangkan baju layak pakai) dari masalah ini maka seyogyanya Lembaga atau instansi penerima donasi baju layak pakai harus sering mengedukasi masyarakat tentang bahaya budaya konsumtif tekstil dan cara memperpanjang usia pakaian, kendati demikian dikarenakan perkembangan sumbangan pakaian sendiri sangat signifikan, terlihat dari antusias masyarakat untuk ikut berdonasi, karena ini merupakan salah satu kegiatan amal dan bersifat demi kebaikan, namun kebaikan tersebut seharusnya diimbangi dengan pengalaman dan pengetahuan akan dampak negative hal tersebut (menjadi limbah yang sangat mengerikan),dari data yang diambil dari Lembaga Gemilang Indonesia sendiri atas program clothes for charity untuk tahun 2022 adalah sebanyak 3586 donatur dengan jumlah paket donasi sebanyak 4006 ( dalam bentuk paket kardus dan berisi beberapa lembar pakaian), sedangkan tahun 2023 juga mengalami peningkatan besar menjadi 4638 donatur dan jumlah paket donasi mencapai 5583 (sumber laporan CFC 2022-2023: Gemilang Indonesia).
Di tengah sorotan tentang ketimpangan sosial dan tantangan lingkungan diatas, Yayasan Gemilang Indonesia telah menerapkan pendekatan inovatif yang mengintegrasikan konsep ekonomi sirkular dengan upaya memajukan pendidikan dan mengurangi dampak negatif fast fashion. Melalui program Clothes for Charity, yayasan ini tidak hanya memberikan akses pendidikan kepada anak-anak marginal tetapi juga memberdayakan ibu-ibu dalam program Reuse,Recycle, Up cycle, Repair menciptakan revenue baru untuk mendukung misi mereka. Program ini tidak hanya sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Fast fashion telah menjadi fenomena yang mendominasi industri pakaian, di mana produksi massal dengan siklus mode yang cepat menyebabkan dampak lingkungan yang besar. Limbah tekstil dari industri ini mencemari lingkungan dan membebani tempat pembuangan sampah. Selain itu, kondisi kerja yang buruk dan upah rendah di pabrik-pabrik garmen di negara-negara berkembang menjadi perhatian serius dalam industri ini.
Dalam konteks ini, program Clothes for Charity menawarkan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Dengan mengumpulkan baju bekas dari donatur sukarela, program ini tidak hanya mengurangi limbah tekstil yang dihasilkan oleh masyarakat, tetapi juga memberikan dana untuk mendukung pendidikan anak-anak marginal. Penjualan baju bekas tersebut menciptakan pendapatan baru yang langsung dialokasikan untuk biaya pendidikan, membuka pintu bagi anak-anak yang kurang beruntung untuk mengakses pendidikan yang layak.
Kegiatan sekolah di Gemilang Indonesia
Selain memberikan akses pendidikan, program ini juga memberdayakan ibu-ibu dalam komunitas. Melalui program recycle, reuse dan up cycle, mereka diajarkan untuk mengubah baju bekas menjadi produk yang bernilai, seperti tas, aksesoris, atau barang rumah tangga lainnya. Produk-produk ini kemudian dijual kembali, menciptakan revenue baru bagi program Clothes for Charity. Ini tidak hanya memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu yang terlibat tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya mendaur ulang dan mendukung ekonomi lokal.
Dok.Gemilangindonesia (kegiatan Menyulam dari bahan sisa)
Pengintegrasian pendekatan ekonomi sirkular dalam program ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 4 tentang Pendidikan Berkualitas dan SDG 12 tentang Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab. Dengan menyediakan akses pendidikan kepada anak-anak marginal dan mengurangi limbah tekstil, program ini memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa program seperti ini hanya merupakan langkah awal dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh industri fashion. Masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengubah model bisnis fast fashion menjadi lebih berkelanjutan dan adil bagi semua pihak yang terlibat. Kolaborasi antara pemerintah, industri, yayasan amal, dan masyarakat sangatlah penting untuk menciptakan perubahan yang nyata. Dengan demikian, program Clothes for Charity tidak hanya memberikan solusi konkret terhadap masalah pendidikan dan lingkungan, tetapi juga menunjukkan potensi yang besar dari pendekatan ekonomi sirkular dalam menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Dengan terus mengembangkan dan mengintegrasikan konsep ini dalam berbagai inisiatif, kita dapat membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif untuk semua.
Tentang GI dan CFC :
Gemilang Indonesia: Lembaga sosial yang bergerak dibidang Pendidikan Gemilang Indonesia berupaya untuk menghadirkan pendidikan yang solutif untuk anak-anak dari keluarga marjinal, yatim, dan dhuafa di berbagai daerah di Indonesia.
Clothes for charity : salah satu program gemilang Indonesia (Gerakan movement) menerima donasi baju bekas untuk diolah Kembali
clothesforcharity.id