Di ujung selatan Sumba Tengah, tepatnya di Dusun Umbu Ratu Nggay, Desa Tana Mbanas Selatan, hiduplah seorang sosok yang menyalakan harapan lewat langkah sederhana. Namanya Pak Guru Yudas Hamba Elu Wengu, anak keenam dari sebelas bersaudara yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan di kampung halamannya.
Lulusan S1 Universitas Budi Utomo, Malang – Jawa Timur, Pak Yuda pulang ke desanya dengan satu tekad: tidak boleh ada anak di desanya yang buta huruf atau berhenti sekolah.

Di wilayah tempat listrik belum menjangkau, air sulit didapat, dan sinyal internet nyaris tak ada, ia melihat pendidikan sebagai satu-satunya cahaya yang bisa membuka pintu masa depan.
Pada tahun 2023, ia memulai sebuah gerakan literasi sederhana nan berani bernama “Kuda Pustaka Gubuk Marhaen”, pustaka keliling yang membawa buku-buku bacaan ke pelosok dusun.
Bukan dengan mobil, bukan pula dengan motor, melainkan dengan seekor kuda.

Di Tana Mbanas, jarak antar rumah bisa mencapai 6 hingga 10 kilometer, sementara akses kendaraan sangat terbatas. Harga BBM mahal, dan tempat membelinya pun jauh. Karena itu, kuda menjadi sahabat setia dalam perjalanan panjang membawa ilmu.
Setiap kali ia datang, anak-anak sudah menunggu dengan mata berbinar, memandang penuh harap ketika melihat tumpukan buku bergambar di atas punggung kudanya. Tak jarang langkahnya terhenti berkali-kali karena anak-anak berlari menghampiri, meminta untuk dibacakan cerita sebelum ia tiba di tujuan utama.


Kini, lebih dari 100 anak di Tana Mbanas telah mengenal huruf, angka, dan kisah berkat tangan hangat Pak Guru Yuda. Ia percaya, buku-buku itu bukan sekadar bacaan, melainkan jendela menuju dunia yang lebih luas.
“Pendidikan adalah pintu pertama untuk membuka cakrawala dunia,” ujar beliau pelan, menatap ke arah bukit yang membentang di depan rumahnya.
Bagi Pak Yuda, pustaka kudanya bukan sekadar kegiatan, tapi sebuah panggilan jiwa — agar di tanah kering Sumba, tak ada lagi anak yang kehilangan haknya untuk bermimpi.